Penyakit Tanaman Pertanian

PENGENDALIAN SERANGAN WERENG COKLAT

PENGENDALIAN WERENG COKLAT PADA TANAMAN PADI SAWAH


Wereng Batang Coklat (WBC) Nilaparvata lugens Stal. telah lama dikenal sebagai Hama Wereng Batang Coklat pada tanaman padi di Indonesia, tetapi baru sejak tahun 1970 hama ini meningkat secara drastis menjadi hama utama yang senantiasa mengancam produksi padi di Indonesia. Siklus serangan wereng batang coklat (WBC) padi berkisar antara 4-8 tahunan. Oleh karena itu, petani tidak boleh lengah untuk selalu memantau dan melakukan pengendalian segera tanaman padinya. Mulai dari pencegahan sampai dengan pengendaliannya.
WBC dapat menyerang tanaman padi pada semua tahap pertumbuhan tanaman (mulai dari persemaian sampai waktu panen). Nimfa dan WBC dewasa menyerang dengan cara menghisap cairan tanaman pada bagian pangkal padi. 

Gejala yang terlihat pada tanaman berupa kelayuan dan menguningnya daun, mulai dari daun tua kemudian meluas dengan cepat ke seluruh bagian tanaman, sehingga akhirnya tanaman menjadi mati. Dalam keadaan populasi tinggi dapat mengakibatkan matinya tanaman dalam satu hamparan atau dapat menyebabkan terjadinya puso. 
Gejala yang ditunjukkan yaitu tanaman padi menjadi kuning dan kering dengan cepat (berwarna kecoklatan seperti terbakar). Kondisi tersebut dikenal dengan istilah 'hopperburn'. 
WBC dapat merusak tanaman padi secara langsung yaitu dengan cara menghisap cairan sel tanaman, dan juga dapat menjadi vektor virus penyebab penyakit kerdil rumput (grassy stunt) tipe 1 dan 2 serta kerdil hampa (ragged stunt).
Penanaman varietas unggul dalam areal luas mengakibatkan, keanekaragaman lingkungan menjadi berkurang. Varietas unggul yang mempunyai anakan banyak, tumbuh subur dan rimbun, akan menciptakan keadaan iklim mikro yang sangat sesuai untuk perkembangan hama WBC. 

Penanaman varietas unggul yang memiliki ketahanan gen tunggal terhadap WBC mengakibatkan tekanan seleksi yang kuat terhadap hama tersebut, sehingga mendorong perkembangan biotipe baru yang mampu mematahkan varietas yang semula tahan. Tersedianya pengairan yang cukup telah mendorong petani untuk menanam padi terus menerus, menyebabkan tersedianya makanan dan tempat berkembang biak bagi WBC secara berkesinambungan. 
Pada kondisi tanaman yang sudah mengalami hopperburn atau tanaman padi sudah dilakukan pemanenan, WBC bermigrasi dan menyebar ke lahan pertanaman padi baru. WBC mampu beradaptasi terhadap pergantian varietas tanaman dengan membentuk biotipe ataupun koloni baru yang lebih resisten. Penggunaan insektisida yang tidak tepat jenis, dosis, konsentrasi, waktu dan cara aplikasinya selain tidak efektif ternyata dapat menyebabkan resistensi, resunjersi, munculnya hama sekunder dan akibat samping lainnya yang tidak diinginkan.
Pengalaman dalam menanggulangi hama WBC sejak musim tanam 1974 – 1975 sampai saat ini, menunjukkan bahwa pengendalian WBC tidak pernah berhasil bila hanya mengandalkan satu cara pengendalian saja. Oleh karena itu, maka sistem pengendalian yang dilaksanakan adalah melalui sistem pengendalian hama terpadu (PHT), yaitu sistem pengendalian populasi hama dengan menerapkan berbagai cara pengendalian yang serasi sehingga tidak menimbulkan kerugian ekonomi dan aman terhadap lingkungan. Rekomendasi secara umum, yaitu: 


  • (a) Tanam varietas tahan wereng coklat, 
  • (b) Tanam serempak, selang waktu tanam dalam satu hamparan tidak lebih dari 3 minggu, 
  • (c) Pergiliran varietas, gunakan yang berumur genjah, 
  • (d) Setiap varietas tidak ditanam lebih dari 2 kali berturut-turut dalam setahun, diselingi tanaman palawija, 
  • (e) Pemupukan berimbang, hindarkan pemupukan N yang berlebihan, pupuk K dapat mengurangi keparahan akibat serangan hama wereng coklat, dan 
  • (f) Pada tanaman terserang, keringkan petakan 3-4 hari. Lahan bebas dari tungguh jerami, segera setelah panen tunggul jerami disingkirkan dari lahan atau segera dibajak.
Teknik lebih rinci pengendalian WBC, terutama apabila terjadi serangan pada fase pengisian gabah. Teknik ini merupakan pembaruan dan perbaikan terhadap praktik yang dilakukan petani. Selain itu, diarahkan agar tidak meluas ke tanaman sehat. 

Yang perlu diperhatikan apabila terjadi serangan:
  1. Amati populasinya pada pangkal batang, bila sedikit atau rendah (kurang dari 10 ekor per rumpun), tanaman disemprot menggunakan agensia hayati dengan larutan jamur Verticillium dan Beauveria
  2. Apabila populasinya tinggi (lebih dari 10 ekor per rumpun), pasang lampu perangkap (seperti pada gambar di bawah) pada pematang (1 ha dipasang 10 lampu perangkap), diikuti dengan menyemprot tanaman menggunakan insektisida anjuran (misalnya Abuki 50 SL dan Virtako 300 SC). Penyemprotan insektisida sebaiknya dimulai jam 09.00 atau sore hari. Dalam penyemprotan (baik agensia hayati maupun insektitisa), arahkan nozle sprayer ke pangkal batang. Sebab, WBC bergerombol di pangkal batang padi. Pengendalian WBC hendaknya dilakukan serentak dalam hamparan. Sebab, petak yang tidak dilakukan pengendalian, akan menjadi sumber bagi petak yang dikendalikan. Dengan demikian, kedua hal itu akan meningkatkan efektivitas tindakan pengendalian, sekaligus menghindarkan kesia-siaan, tegasnya.
  3. Jika dipandang perlu, lakukan panen segera (panen dini) untuk menghindari gagal panen.
Usaha Pengendalian
1. Penanaman varietas tahan
Penanaman varietas padi yang tahan terhadap WBC adalah penting untuk mencegah terjadinya ledakan hama. Perubahan gen oleh bahan kimia secara signifikan dapat meningkatkan atau menurunkan tingkat resistensi WBC pada padi. Beberapa insektisida kimia, misalnya imidakloprid, dapat mempengaruhi ekspresi gen tanaman padi dan dengan demikian meningkatkan kerentanan terhadap WBC. Dalam upaya untuk mengendalikan WBC lebih spesifik-spesies, peneliti mencoba untuk mengembangkan metode mematikan gen tertentu yang berpengaruh terhadap pencernaan, ketahanan dan metabolisme xenobiotik WBC. Banyak gen baru untuk fungsi-fungsi ini telah terdeteksi di jaringan dari usus BPH. Beberapa lektin tumbuhan adalah antifeedants untuk WBC dan jika benar formulasinya mungkin memiliki potensi untuk melindungi tanaman padi terhadap WBC.


2. Penanaman Serempak
Tanam serempak dilakukan untuk daerah/areal sekurang-kurangnya satu petak tersier atau satu wilayah kelompok tani dengan selisih waktu tanam 2 minggu atau selisih waktu panen empat minggu paling lama. Atau dengan kata lain varietas yang digunakan harus berumur seragam. Dengan cara ini dapat dicegah terjadinya tumpang tindih populasi antar generasi karena siklus hidup WBC dapat terputus pada saat pengolahan di antara dua periode tanam.


3. Pergiliran Tanaman

WBC hanya dapat hidup dengan baik pada tanaman padi. Jadi untuk memutuskan siklus hidupnya dapat dilakukan dengan pergiliran tanaman, minimal menanam satu kali tanaman non-padi, atau dibiarkan bera sampai dua bulan setiap tahun.

4. Pengendalian Hayati

Sesungguhnya di lapangan terjadi pengendalian secara hayati yang dilakukan oleh musuh-musuh alami WBC. Diantara musuh alami tersebut yang paling efektif mengendalikan populasi WBC adalah laba-laba predator Lycosa pseudoannulata. Laba-laba ini dapat memangsa 10-12 ekor imago atau 15-20 ekor nimfa setiap hari. Predator lain yang tercatat sebagai musuh alami WBC adalah kepik Micrivelia douglasi dan Cyrtorhinus lividipennis, kumbang Paederus fuscipes, Ophionea nigrofasciata dan Micraspis. Selain pengendalian WBC dengan musuh alami diatas, saat ini sudah dikembangkan pula agensia hayati lain yang berasal dari kelompok jamur, diantaranya adalah Beauveria bassiana,Metharizium, dan Hirsutella citriformis.

5. Pengendalian Kimia

Pengendalian kimia dilakukan apabila cara-cara lain tidak mungkin lagi dan populasi WBC sudah berada diatas ambang ekonomi. Ambang ekonomi yang telah ditetapkan adalah rata-rata 10 ekor per rumpun untuk umur tanaman padi kurang dari 40 hst, atau rata-rata 20 ekor per rumpun untuk tanaman padi lebih dari 40 hst. Penggunaan pestisida diusahakan sedemikian rupa sehingga efektif, efesien dan aman bagi lingkungan. Pada varitas tahan tidak perlu digunakan insektisida kecuali kalau ketahanannya patah, sedangkan aplikasi insektisida pada varitas rentan harus didasarkan pada hasil pengamatan. Pengendalian WBC dengan menggunakan insektisida sintetik hasilnya efektif dan efisien, namun dalam prakteknya harus berpedoman pada prinsip 6 (enam) Tepat, yaitu : Tepat Jenis, Tepat Sasaran, Tepat Cara, Tepat Waktu, Tepat Konsentrasi/Dosis dan Tepat Lokasi.


VIDEO TUTORIAL INI MUNGKIN BISA SEBAGAI REFERENSI PEMELIHARAAN KEBUN SAWIT ANDA, SEHINGGA HASIL PRODUKSI SAWIT MENINGKAT TAJAM




Contact Person : BAMBANG HENDRIYANTO
Alamat :Jl. Ringroad Barat no 72, desa salakan trihanggo gamping  Sleman       Jogjakarta 
HP ;087839383561 dan 081326912561 
(SMS/Telp)Email : bambanghendriyanto1@gmail.com
Facebook : bambang alfath

Cara pemesanan :

1. Jika menjadi konsumen, maka akan digunakan harga sesuai dengan Price List untuk konsumen.

2. Untuk pemesanan dibawah 2 juta free ongkir wilayah jawa, untuk wilayah luar jawa akan dikenakan biaya pengiriman barang yang akan diperhitungkan sesuai dengan pemesanan.


3. Untuk pemesanan diatas 3 juta untuk wilayah luar jawa free ongkir, akan diberikan GRATIS biaya pengiriman sampai tujuan


HAMA TANAMAN PADI


Di Indonesia, tanaman padi diusahakan dalam skala yang luas, hampir merata di berbagai pulau di Indonesia. Itulah mengapa sebaran hama dan penyakit pada tanaman padi bisa menjadi wabah karena dapat menyerang pada skala yang luas juga.

Oleh karena itu sangat penting bagi kita untuk mengenal gejala dan organisme pengganggunya yang menyebabkan kerusakan pada tanaman padi, dan mengetahui cara penangannya. berikut berberapa gejala dan organisme pengganggu dan cara pengendaliannya:

Hama putih (Nymphula depunctalis).
  • Gejala : menyerang daun bibit, kerusakan berupa titik-titik yang memanjang sejajar tulang daun, ulat menggulung daun padi.
  • Pengendalian: (1) pengaturan air yang baik, penggunaan bibit sehat, melepaskan musuh alami, menggugurkan tabung daun; (2) menggunakan Beauveria bassiana atau Pestisida organik cair.
Thrips (Thrips oryzae).
  • Gejala: daun menggulung dan berwarna kuning sampai kemerahan, pertumbuhan bibit terhambat, pada tanaman dewasa gabah tidak berisi. 
  • Pengendalian: Beauveria bassiana atau Pestisida organik cair.
Wereng penyerang batang padi: wereng padi coklat (Nilaparvata lugens), wereng padi berpunggung putih (Sogatella furcifera) dan Wereng penyerang daun padi: wereng padi hijau (Nephotettix apicalis dan N. impicticep). 
http://bertanicarabaru.blogspot.com http://goo.gl/VaoLLE
  • Gejala: Merusak dengan cara mengisap cairan batang padi dan dapat menularkan virus. tanaman padi menjadi kuning dan mengering, sekelompok tanaman seperti terbakar, tanaman yang tidak mengering menjadi kerdil. 
  • Pengendalian: (1) bertanam padi serempak, menggunakan varitas tahan wereng seperti IR 36, IR 48, IR- 64, Cimanuk, Progo dsb, membersihkan lingkungan, melepas musuh alami seperti laba-laba, kepinding dan kumbang lebah; (2) Penyemprotan Beauveria bassiana
Walang sangit (Leptocoriza acuta).
  • Gejala: Menyerang buah padi yang masak susu, buah hampa atau berkualitas rendah seperti berkerut, berwarna coklat dan tidak enak; pada daun terdapat bercak bekas isapan dan bulir padi berbintik-bintik hitam. 
  • Pengendalian: (1) bertanam serempak, peningkatankebersihan, mengumpulkan dan memusnahkan telur, melepas musuh alami seperti jangkrik, laba-laba; (2) penyemprotan Beauveria bassiana atau Pestisida Organik Cair.
http://bertanicarabaru.blogspot.com http://goo.gl/VaoLLEKepik hijau (Nezara viridula). 
  • Gejala: Menyerang batang dan buah padi. pada batang tanaman terdapat bekas tusukan, buah padi yang diserang memiliki noda bekas isapan dan pertumbuhan tanaman terganggu. 
  • Pengendalian: mengumpulkan dan memusnahkan telur-telurnya, penyemprotan Beauveria bassiana atau Pestisida organik cair.
Penggerek batang padi terdiri atas: penggerek batang padi putih (Tryporhyza innotata), kuning (T. incertulas), bergaris (Chilo supressalis) dan merah jambu (Sesamia inferens). 
  • Gejala: Menyerang batang dan pelepah daun, pucuk tanaman layu, kering berwarna kemerahan dan mudah dicabut, daun mengering dan seluruh batang kering. Kerusakan pada tanaman muda disebut hama “sundep” dan pada tanaman bunting (pengisian biji) disebut “beluk”. 
  • Pengendalian: (1) menggunakan varitas tahan, meningkatkan kebersihan lingkungan, menggenangi sawah selama 15 hari setelah panen agar kepompong mati, membakar jerami; (2) menggunakan Beauveria bassiana atau Pestisida organik cair.
Hama tikus (Rattus argentiventer).  
  • Gejala: Menyerang batang muda (1-2 bulan) dan buah, adanya tanaman padi yang roboh pada petak sawah dan pada serangan hebat ditengah petak tidak ada tanaman. 
  • Pengendalian: pergiliran tanaman, tanam serempak, sanitasi, gropyokan, melepas musuh alami seperti ular dan burung hantu, penggunaan Aromatic.
Burung.
  • gejala: Menyerang menjelang panen, tangkai buah patah, biji berserakan. 
  • Pengendalian: mengusir dengan bunyi-bunyian atau orang-orangan.
Penyakit Bercak daun coklat. Penyebab: jamur Helmintosporium oryzae
  • Gejala: menyerang pelepah, malai, buah yang baru tumbuh dan bibit yang baru berkecambah. Biji berbercak-bercak coklat tetapi tetap berisi, padi dewasa busuk kering, biji kecambah busuk dan kecambah mati. 
  • Pengendalian: (1) merendam benih di air hangat + POC Khusus, pemupukan berimbang, tanam padi tahan penyakit ini.
Penyakit Blast. Penyebab: jamur Pyricularia oryzae
  • Gejala: menyerang daun, buku pada malai dan ujung tangkai malai. Daun, gelang buku, tangkai malai dan cabang di dekat pangkal malai membusuk. Pemasakan makanan terhambat dan butiran padi menjadi hampa. 
  • Pengendalian: (1) membakar sisa jerami, menggenangi sawah, menanam varitas unggul Sentani, Cimandiri IR-48, IR-36, pemberian pupuk N di saat pertengahan fase vegetatif dan fase pembentukan bulir; (2) pemberian Gliocladium virens dan Corynebacterium di awal tanam.
Busuk pelepah daun. Penyebab: jamur Rhizoctonia sp.
  • Gejala: menyerang daun dan pelepah daun pada tanaman yang telah membentuk anakan. Menyebabkan jumlah dan mutu gabah menurun. 
  • Pengendalian: (1) menanam padi tahan penyakit (2) pemberian Gliocladium virens pada saat pembentukan anakan.
Penyakit kresek/hawar daun. Penyebab: bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae
  • Gejala: menyerang daun dan titik tumbuh. Terdapat garis-garis di antara tulang daun, garis melepuh dan berisi cairan kehitam-hitaman, daun mengering dan mati. 
  • Pengendalian: (1) menanam varitas tahan penyakit seperti IR 36, IR 46, Cisadane, Cipunegara, menghindari luka mekanis, sanitasi lingkungan; (2) pengendalian diawal dengan Gliocladium virens.
Penyakit kerdil. Penyebab: virus ditularkan oleh wereng coklat Nilaparvata lugens
  • Gejala: menyerang semua bagian tanaman, daun menjadi pendek, sempit, berwarna hijau kekuning-kuningan, batang pendek, buku-buku pendek, anakan banyak tetapi kecil. 
  • Pengendalian: sulit dilakukan, usaha pencegahan dengan memusnahkan tanaman yang terserang ada mengendalikan vector dengan Beauveria bassiana atau Pestisida organik cair.
Penyakit tungro. Penyebab: virus yang ditularkan oleh wereng hijau Nephotettix impicticeps
  • Gejala: menyerang semua bagian tanaman, pertumbuhan tanaman kurang sempurna, daun kuning hingga kecoklatan, jumlah tunas berkurang, pembungaan tertunda, malai kecil dan tidak berisi.
  • Pengendalian: menanam padi tahan wereng seperti Kelara, IR 52, IR 36, IR 48, IR 54, IR 46, IR 42 dan mengendalikan vektor virus dengan Beauveria bassiana

SERANGAN WERENG COKLAT

CARA MENGATASI DAN ANTISIPASI WERENG COKLAT PADA TANAMAN PADI



Wereng batang coklat (WBC) selain berperan sebagai hama yang merusak secara langsung tanaman padi dengan mengisap cairan tanaman, juga merupakan vektor penular penyakit virus kerdil rumput dan kerdil hampa.  Akibat serangan hama WBC sangat dirasakan karena menimbulkan kerugian yang cukup besar dan juga sulit dikendalikan. WBC dianggap sebagai hama utama tanaman padi, karena merupakan hama yang mampu beradaptasi dengan cepat pada berbagai lingkungan. Hal ini terbukti WBC mampu membentuk biotipe atau populasi baru yang mampu mengatasi sifat ketahanan tanaman dan resisten terhadap insektisida dalam waktu yang cukup singkat.  Sifat ini menyebabkan sering timbul ledakan populasi yang mengakibatkan menurunnya produksi padi nasional secara drastis.


BIOLOGI WERENG BATANG COKLAT


  • Wereng batang coklat (WBC) berkembang biak sangat cepat.
  • Serangga dewasa mampu menghasilkan sampai 600 butir telor. 
  • Siklus hidup sekitar 28 hari, stadium telur sekitar 8 hari, nimfa 18 hari, dewasa sekitar 10 hari. 
  • Laju perkembang biakan pada varietas rentan pada lingkungan yang optimum dalam satu musim tanam dapat mencapai 500 kali dari populasi generasi awal.  
  • Nimfa  mengalami lima kali pergantian kulit (instar), dan dapat berkembang menjadi dua bentuk wereng dewasa yaitu bentuk bersayap panjang (makroptera) dan bersayap pendek (brahiptera). 
  • Munculnya  makroptera umumnya terjadi pada kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan yaitu pada kepadatan populasi yang tinggi dengan makanan yang kurang mencukupi. 
  • Adanya wereng bentuk makroptera merupakan penyesuaian untuk migrasi karena kepadatan populasi yang tinggi dan kurangnya makanan. 
  • Wereng batang coklat menyerang tanaman pada bagian batang atau pelepah daun padi pada semua fase pertumbuhan tanaman.


PENYEBAB TIMBULNYA SERANGAN WERENG COKLAT


  • Pada kondisi lingkungan yang cocok (varietas padi rentan dan iklim yang mendukung), WBC berkembang biak sangat cepat dan sangat tinggi
  • Penanaman varietas yang rentan dan pola tanam yang tidak teratur (tanam tidak serempak), sangat memicu perkembangan dan penyebaran WBC
  • Penggunaan insektisida yang tidak bijaksana, tidak memenuhi enam tepat (T) (tepat jenis, konsentrasi, dosis, volume semprot, cara, waktu dan sasaran), menyebabkan wereng menjadi kebal dan terbunuhnya musuh alami sehingga  wereng cepat berkembang
  • Tidak dilakukannya monitoring atau pemantauan populasi secara rutin sehingga tindakan pengendalian terlambat dilakukan

GEJALA SERANGAN WERENG COKLAT 

  • Akibat serangan WBC, daun dan batang tanaman menjadi berwarna kuning, kemudian berwarna coklat, dan akhirnya seluruh tanaman mengering seperti disiram air panas (hopperburn)
  • WBC menyerang padi
  • WBC juga dapat menularkan penyakit virus kerdil hampa dan kerdil rumput
  • Tanaman yang terkena virus kerdil hampa menjadi kerdil, bagian daun seperti terpuntir, pendek, kaku dan berlekuk-lekuk, anakan bercabang dan malai hampa.
  • Tanaman yang terkena virus kerdil rumput menjadi kerdil, beranakan banyak, daun menjadi pendek dan tidak keluar malai

VIDEO TUTORIAL INI MUNGKIN BISA SEBAGAI REFERENSI PEMELIHARAAN BUDIDAYA  ANDA, SEHINGGA HASIL PRODUKSI GABAH MENINGKAT TAJAM



Contact Person : BAMBANG HENDRIYANTO
Alamat :Jl. Ringroad Barat no 72, desa salakan trihanggo gamping  Sleman       Jogjakarta 
HP ;087839383561 dan 081326912561 
(SMS/Telp)Email : bambanghendriyanto1@gmail.com
Facebook : bambang alfath

Cara pemesanan :

1. Jika menjadi konsumen, maka akan digunakan harga sesuai dengan Price List untuk konsumen.

2. Untuk pemesanan dibawah 2 juta free ongkir wilayah jawa, untuk wilayah luar jawa akan dikenakan biaya pengiriman barang yang akan diperhitungkan sesuai dengan pemesanan.

3. Untuk pemesanan diatas 3 juta untuk wilayah luar jawa free ongkir, akan diberikan GRATIS biaya pengiriman sampai tujuan

HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI SAWAH

HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI SAWAH

Hama tanaman padi merupakan salah satu kendala bagi petani untuk bisa meningkatkan produksi usaha taninya. Bahkan serangan hama tertentu seperti tikus dan wereng bisa mengakibatkan puso atau gagal panen. Oleh karena itu kita sebagai petani harus selalu waspada dengan adanya serangan hama. Maspary selalu mengajak para petani untuk selalu memonitoring lahan kita minimal 1 minggu sekali, bahkan kalau bisa 2 kali dalam satu minggu. Hal ini bertujuan agar kita bisa sedini mungkin mengetahui gejala serangan hama dan sedini mungkin mengambil tindakan pencegahan atau pengendalian. 



Berikut tips mengendalikan beberapa hama penting tanaman padi pada berbagai fase pertumbuhan :

A. Hama pada fase persemaian

  1. Wereng Coklat (Nilaparvata lugens).  Hama ini dapat menyebabkan tanaman padi mati kering dan tampak seperti terbakar atau puso, serta dapat menularkan beberapa jenis penyakit. Tanaman padi yang rentan terserang wereng coklat adalah tanaman padi yang dipupuk dengan unsur N terlalu tinggi dan jarak tanam yang  rapat merupakan kondisi yang disenangi wereng coklat. Beberapa varietas tertentu terutama ketan juga sangat rentan terhadap wereng. Pengendalian bisa dilakukan dengan penggunaan varietas tahan, pengurangan penggunaan pupuk N dan insektisida aplaud, mipcin, winder, konfidor, OBR, plenum dll
  2. Wereng Hijau (Nephotettix virescens. Hama wereng hijau merupakan hama penyebar (vector) virus tungro yang menyebabkan penyakit tungro. Fase pertumbuhan padi yang rentan serangan wereng hijau adalah saat fase persemaian sampai pembentukan anakan maksimum, yaitu umur ± 30 hari setelah tanam. Sama seperti wereng coklat pengendalian wereng hijau bisa dilakukan dengan penggunaan varietas tahan, pengurangan penggunaan pupuk N dan insektisida aplaud, mipcin, winder, konfidor, OBR, plenum dll
  3. Hama Putih Palsu (Chanaphalocrosis medinalis). Hama putih palsu menyerang bagian daun tanaman padi, larva akan memakan jaringan hijau daun dari dalam lipatan daun meninggalkan permukaan bawah daun yang berwarna putih. Tanda pertama adanya infestasi adalah kehadiran ngengat di sawah. Ngengat berwarna kuning coklat, pada bagian sayap depan ada tanda pita hitam sebanyak tiga buah yang garisnya lengkap atau terputus. Pada saat beristirahat, ngengat berbentuk segitiga. Pengendalian yang bisa dilakukan dengan pengeringan sawah selama 3 hari, atau penggunaan insektisida regent, buldok, decis, virtako dll
  4. Tikus Sawah (Rattus argentiventer). Tikus merusak tanaman pada semua fase pertumbuhan dan dapat menyebabkan kerusakan besar apabila tikus menyerang pada saat primodia. Tikus akan memotong titik tumbuh atau memotong pangkal batang untuk memakan bulir gabah. Tikus menyerang pada malam hari dan pada siang hari tikus bersembunyi di lubang pada tanggul irigasi, pematang sawah, pekarangan, semak atau gulma. Pengendalian dilakukan dengan cara menggunakan musuh alami (tyto alba, ular, garangan dll), umpan racun, jebakan, gropyokan, pengemposan dll
  5. Keong Mas (Pomacea canaliculata). Keong mas merusak tanaman dengan cara memarut jaringan tanaman dan memakannya, menyebabkan adanya bibit yang hilang per tanaman. Waktu kritis untuk mengendalikan serangan keong mas adalah pada saat 10 hst atau 21 hari setelah sebar benih (benih basah). Pengendalian dengan cara membuat parit disekeliling petak sawah lalu diberikan umpan daun-daunan dan menggunakan molusida baylucide, fatal, dll

    B. Hama pada fase vegetatif

    1. Penggerek Batang (Tryporiza sp.). Adalah hama yang menimbulkan kerusakan dan menurunkan hasil panen secara nyata. Serangan yang terjadi pada fase vegetatif, daun tengah atau pucuk tanaman mati karena titik tumbuh dimakan larva penggerek batang. Pucuk tanaman padi yang mati akan berwarna coklat dan mudah dicabut (gejala ini biasa disebut Sundep). Apabila serangan terjadi pada fase generatif, larva penggerek batang akan memakan pangkal batang tanaman padi tempat malai berada. Malai akan mati, berwarna abu-abu dan bulirnya kosong/hampa. Malai mudah dicabutdan pada pangkal batang terdapat bekas gerekan larva penggerek batang (gejala ini biasa disebut Beluk). Pengendalian bisa dilakukan sejak dipesemaian dan dipertanaman umur 15 hst, 30 hst dan 40 hst dengan menggunakan regent, virtako, spontan, manuver dll
    2. Wereng Hijau (Nephotettix virescens). Hama wereng hijau merupakan hama penyebar (vector) virus tungro yang menyebabkan penyakit tungro. Fase pertumbuhan padi yang rentan serangan wereng hijau adalah saat fase persemaian sampai pembentukan anakan maksimum, yaitu umur ± 30 hari setelah tanam.
    3. Hama Ganjur (Pachydiplosis oryzae). Stadia tanaman padi yang rentan terhadap serangan hama ganjur adalah mulai dipersemaian sampai pada pembentukan malai. Gejala serangan ganjur adalah daun padi akan menggulung seperti daun bawang, sehingga tanaman yang terserang tidak dapat menghasilkan malai. Pengendalian bisa dilakukan dengan menggunakan regent, winder, konfidor, virtako, spontan, manuver dll
    4. Keong Mas (Pomacea canaliculata). Keong mas merusak tanaman dengan cara memarut jaringan tanaman dan memakannya, menyebabkan adanya bibit yang hilang per tanaman. Waktu kritis untuk mengendalikan serangan keong mas adalah pada saat 10 hst atau 21 hari setelah sebar benih (benih basah).

    C. Hama pada fase generatif

    1. Wereng Coklat (Nilaparvata lugens). Hama ini dapat menyebabkan tanaman padi mati kering dan tampak seperti terbakar atau puso, serta dapat menularkan beberapa jenis penyakit. Tanaman padi yang rentan terserang wereng coklat adalah tanaman padi yang dipupuk dengan unsur N terlalu tinggi dan jarak tanam yang merupakan kondisi yang disenangi wereng coklat. Hama wereng coklat menyerang tanaman pada mulai dari pembibitan hingga fase masak susu. Gejala serangan adalah terdapatnya imago wereng coklat pada tanaman dan menghisap cairan tanaman pada pangkal batang, kemudian tanaman menjadi menguning dan mengering.
    2. Wereng Hijau (Nephotettix virescens). Hama wereng hijau merupakan hama penyebar (vector) virus tungro yang menyebabkan penyakit tungro. Fase pertumbuhan padi yang rentan serangan wereng hijau adalah saat fase persemaian sampai pembentukan anakan maksimum, yaitu umur ± 30 hari setelah tanam. Gejala kerusakan yang ditimbulkan adalah tanaman kerdil, anakan berkurang, daun berubah menjadi kuning sampai kuning oranye.
    3. Penggerek Batang (Tryporiza sp.). Adalah hama yang menimbulkan kerusakan dan menurunkan hasil panen secara nyata. Serangan yang terjadi pada fase vegetatif, daun tengah atau pucuk tanaman mati karena titik tumbuh dimakan larva penggerek batang. Pucuk tanaman padi yang mati akan berwarna coklat dan mudah dicabut (gejala ini biasa disebut Sundep).Apabila serangan terjadi pada fase generatif, larva penggerek batang akan memakan pangkal batang tanaman padi tempat malai berada. Malai akan mati, berwarna abu-abu dan bulirnya kosong/hampa. Malai mudah dicabutdan pada pangkal batang terdapat bekas gerekan larva penggerek batang (gejala ini biasa disebut Beluk).
    4. Hama Ganjur (Pachydiplosis oryzae). Stadia tanaman padi yang rentan terhadap serangan hama ganjur adalah mulai dipersemaian sampai pada pembentukan malai. Gejala serangan ganjur adalah daun padi akan menggulung seperti daun bawang, sehingga tanaman yang terserang tidak dapat menghasilkan malai.
    5. Ulat Grayak (Armyworm). Hama ulat grayak menyerang tanaman dengan memakan daun dan hanya meninggalkan tulang daun dan batang. Larva ulat grayak menyerang tanaman padi sejak di persemaian sampai fase pengisian. Serangan akan parah saat musim kemarau dan tanaman kekurangan air. Pengendalian dilakukan saat malam hari dengan menggunakan larvin, virtako, dipel, turex dll
    6. Hama Putih Palsu (Chanaphalocrosis medinalis). Hama putih palsu menyerang bagian daun tanaman padi, larva akan memakan jaringan hijau daun dari dalam lipatan daun meninggalkan permukaan bawah daun yang berwarna putih. Tanda pertama adanya infestasi adalah kehadiran ngengat di sawah. Ngengat berwarna kuning coklat, pada bagian sayap depan ada tanda pita hitam sebanyak tiga buah yang garisnya lengkap atau terputus. Pada saat beristirahat, ngengat berbentuk segitiga.
    7. Tikus Sawah  (Rattus argentiventer). Tikus merusak tanaman pada semua fase pertumbuhan dan dapat menyebabkan kerusakan besar apabila tikus menyerang pada saat primodia. Tikus akan memotong titik tumbuh atau memotong pangkal batang untuk memakan bulir gabah. Tikus menyerang pada malam hari dan pada siang hari tikus bersembunyi di lubang pada tanggul irigasi, pematang sawah, pekarangan, semak atau gulma.

    D. Hama pada fase pemasakan

    1. Walang Sangit (Leptocorixa acuta). Walang sangit merupakan hama yang menghisap cairan bulir pada fase masak susu. Kerusakan yang ditimbulkan walang sangit menyebabkan beras berubah warna, mengapur serta hampa. Hal ini dikarenakan walang sangit menghisap cairan dalam bulir padi. Fase tanaman padi yang rentan terserang hama walang sangit adalah saat tanaman padi mulai keluar malai sampai fase masak susu. Pengendalian bisa dilakukan dengan menggunakan regent, manuver, virtako dll
    2. Tikus Sawah  (Rattus argentiventer). Tikus merusak tanaman pada semua fase pertumbuhan dan dapat menyebabkan kerusakan besar apabila tikus menyerang pada saat primodia. Tikus akan memotong titik tumbuh atau memotong pangkal batang untuk memakan bulir gabah. Tikus menyerang pada malam hari dan pada siang hari tikus bersembunyi di lubang pada tanggul irigasi, pematang sawah, pekarangan, semak atau gulma.
    3. Ulat Grayak (Armyworm).  Sebenarnya larva ulat grayak bisa menyerang tanaman padi sejak di persemaian sampai fase pengisian. Serangan akan parah saat musim kemarau dan tanaman kekurangan air. Pada fase ini biasanya ulat grayak menyerang tanaman padi dengan cara memotong malai padi sehingga akan membuat kerugian yang sangat besar.
    4. Burung (Lonchura spp.). Burung menyerang tanaman pada fase masak susu sampai padi dipanen. Burung akan memakan langsung bulir padi yang sedang menguning sehingga menyebabkan kehilangan hasil secara langsung. Selain itu burung juga mengakibatkan patahnya malai padi. Pengendalian hama burung bisa dilakukan dengan cara pengusiran dengan membuat ajir berwarna merah disekitar sawah atau dengan menggunakan tali-tali yang dikasih kaleng/ plastik atau dengan menggunakan jaring.

    VIDEO TUTORIAL INI MUNGKIN BISA SEBAGAI REFERENSI ANDA, DALAM BERBUDIDAYA PADI SAWAH SEHINGGA HASIL PRODUKSI GABAH MENINGKAT TAJAM



    Contact Person : BAMBANG HENDRIYANTO
    Alamat :Jl. Ringroad Barat no 72, desa salakan trihanggo gamping  Sleman       Jogjakarta 
    HP ;087839383561 dan 081326912561 
    (SMS/Telp)Email : bambanghendriyanto1@gmail.com
    Facebook : bambang alfath

    Cara pemesanan :

    1. Jika menjadi konsumen, maka akan digunakan harga sesuai dengan Price List untuk konsumen.

    2. Untuk pemesanan dibawah 2 juta free ongkir wilayah jawa, untuk wilayah luar jawa akan dikenakan biaya pengiriman barang yang akan diperhitungkan sesuai dengan pemesanan.

    3. Untuk pemesanan diatas 3 juta untuk wilayah luar jawa free ongkir, akan diberikan GRATIS biaya pengiriman sampai tujuan

    HAMA TANAMAN PADI


    Dalam budidaya tanaman padi, maka kita tidak akan terlepas dari ancaman hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman padi kita. Dalam mengatasi organisme pengganggu ini kita pelu melakukan penanggulangan agar tujuan budidaya kita bisa tercapai. Di bawah ini kita akan membahas tentanghama dan penyakit pada tanaman padi, gejala dan cara pengendaliannya.

    Hama Pada Tanaman Padi

    a. Hama Putih (Nympula depunctalis)
    Gejala: menyerang daun bibit, kerusakannya berupa titik-titik yang memanjang sejajar dengan tulang daun, ulat menggulung daun padi.
    Pengendalian: pengaturan air yang baik, penggunaan bibit yang sehat, melepaskan musuh alami, menggugurkan tabung daun, menggunakan pestisida hayati BVR atau PESTONA

    b. Padi Thrips (Thrips oryzae)
    Gejala: Daun menggulung dan berwarna kuning sampai kemerahan, pertumbuhan bibit terhambat, pada tanaman dewasa gabah tidak berisi.
    Pengendalian: penggunaan BVR atau PESTONA

    c. Wereng Penyerap Batang Padi
    Wereng padi coklat (Nilaparvata lugens), wereng padi berpunggung putih (Sogatella furcivera) dan Wereng Penyerang Daun Padi: Wereng padi hijau (Nephotettix apicalis dan N. impicticep). Merusak dengan cara menghisap cairan batang padi dan dapat menularkan virus.
    Gejala: Tanaman padi menjadi kuning dan mengering, sekelompok tanaman seperti terbakar, tanaman yang tidak mengering menjadi kerdil.

    Pengendalian:

    1. Bertanam padi dengan serempak, menggunakan varietas tahan wereng seperti IR 36, IR 48, IR 64, Cimanuk, Progo, dsb., membersihkan lingkungan, melepas musuh alami seperti laba-laba, kepinding dan kumbang lebah

    2. Penyemprotan BVR

    d. Walang sangit (Leptocoriza acuta)
    Menyerang buah padi yang masak susu.
    Gejala: buah hampa atau berkualitas rendah seperti berkerut, berwarna coklat dan tidak enak; pada daun terdapat bercak bekas isapan dan bulir padi berbintik-bintik hitam.

    Pengendalian
    (1) bertanam serempak, peningkatankebersihan, mengumpulkan dan memusnahkan telur, melepas musuh alami seperti jangkrik, laba-laba; 
    (2) penyemprotan BVR atau PESTONA.

    e. Kepik hijau (Nezara viridula). 
    Menyerang batang dan buah padi.
    Gejala: pada batang tanaman terdapat bekas tusukan, buah padi yang diserang memiliki noda bekas isapan dan pertumbuhan tanaman terganggu.
    Pengendalian: mengumpulkan dan memusnahkan telur-telurnya, penyemprotan BVR atau PESTONA.

    f. Penggerek batang padi 
    terdiri atas: penggerek batang padi putih (Tryporhyza innotata), kuning (T. incertulas), bergaris (Chilo supressalis) dan merah jambu (Sesamia inferens). Menyerang batang dan pelepah daun.
    Gejala: pucuk tanaman layu, kering berwarna kemerahan dan mudah dicabut, daun mengering dan seluruh batang kering. Kerusakan pada tanaman muda disebut hama “sundep” dan pada tanaman bunting (pengisian biji) disebut “beluk”.

    Pengendalian
    (1) menggunakan varitas tahan, meningkatkan kebersihan lingkungan, menggenangi sawah selama 15 hari setelah panen agar kepompong mati, membakar jerami; 
    (2) menggunakan BVR atau PESTONA.

    g. Hama tikus (Rattus argentiventer)
    Menyerang batang muda (1-2 bulan) dan buah.
    Gejala: adanya tanaman padi yang roboh pada petak sawah dan pada serangan hebat ditengah petak tidak ada tanaman.
    Pengendalian: pergiliran tanaman, tanam serempak, sanitasi, gropyokan, melepas musuh alami seperti ular dan burung hantu, penggunaan NAT (Natural Aromatic).

    h. Burung
    Menyerang menjelang panen, tangkai buah patah, biji berserakan.
    Pengendalian: mengusir dengan bunyi-bunyian atau orang-orangan.

    Penyakit pada Tanaman Padi

    a. Penyakit Bercak daun coklat. Penyebab: jamur Helmintosporium oryzae.
    Gejala: menyerang pelepah, malai, buah yang baru tumbuh dan bibit yang baru berkecambah. Biji berbercak-bercak coklat tetapi tetap berisi, padi dewasa busuk kering, biji kecambah busuk dan kecambah mati.
    Pengendalian
    (1) merendam benih di air hangat + POC NASA, 
    (2) pemupukan berimbang, 
    (3) menggunakan benih padi yang tahan penyakit ini,
     (4) penggunaan Agens Hayati CORRIN.

    b. Penyakit Blast. 
    Penyebab: jamur Pyricularia oryzae.
    Gejala: menyerang daun, buku pada malai dan ujung tangkai malai. Daun, gelang buku, tangkai malai dan cabang di dekat pangkal malai membusuk. Pemasakan makanan terhambat dan butiran padi menjadi hampa.

    Pengendalian: 
    (1) membakar sisa jerami, menggenangi sawah, menanam varitas unggul Sentani, Cimandiri IR-48, IR-36, pemberian pupuk N di saat pertengahan fase vegetatif dan fase pembentukan bulir; 
    (2) pemberian GLIO di awal tanam, 
    (3) penyemprotan CORRIN.

    c. Busuk pelepah daun. 
    Penyebab: jamur Rhizoctonia sp.
    Gejala: menyerang daun dan pelepah daun pada tanaman yang telah membentuk anakan. Menyebabkan jumlah dan mutu gabah menurun.

    Pengendalian: 
    (1) menanam padi tahan penyakit, 
    (2) pemberian GLIO pada saat pembentukan anakan.

    d. Penyakit Fusarium. 
    Penyebab: jamur Fusarium moniliforme.
    Gejala: menyerang malai dan biji muda menjadi kecoklatan, daun terkulai, akar membusuk.
    Pengendalian: merenggangkan jarak tanam, mencelupkan benih + POC NASA dan disebari GLIO di lahan

    e. Penyakit kresek/hawar daun. 
    Penyebab: bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae)
    Gejala: menyerang daun dan titik tumbuh. Terdapat garis-garis di antara tulang daun, garis melepuh dan berisi cairan kehitam-hitaman, daun mengering dan mati.
    Pengendalian
    (1) menanam varitas tahan penyakit seperti IR 36, IR 46, Cisadane, Cipunegara, menghindari luka mekanis, sanitasi lingkungan;
     (2) pengendalian diawal dengan GLIO, 
    (3) penyemprotan CORIN.

    f. Penyakit kerdil. 
    Penyebab: virus ditularkan oleh wereng coklat Nilaparvata lugens.
    Gejala: menyerang semua bagian tanaman, daun menjadi pendek, sempit, berwarna hijau kekuning-kuningan, batang pendek, buku-buku pendek, anakan banyak tetapi kecil.
    Pengendalian: sulit dilakukan, usaha pencegahan dengan memusnahkan tanaman yang terserang ada mengendalikan vector dengan BVR atau PESTONA.

    g. Penyakit tungro
    Penyebab: virus yang ditularkan oleh wereng hijau Nephotettix impicticeps.
    Gejala: menyerang semua bagian tanaman, pertumbuhan tanaman kurang sempurna, daun kuning hingga kecoklatan, jumlah tunas berkurang, pembungaan tertunda, malai kecil dan tidak berisi.
    Pengendalian: menanam padi tahan wereng seperti Kelara, IR 52, IR 36, IR 48, IR 54, IR 46, IR 42 dan mengendalikan vektor virus dengan BVR.

    VIDEO TUTORIAL INI MUNGKIN BISA SEBAGAI REFERENSI  ANDA, SEHINGGA HASIL PRODUKSI  MENINGKAT TAJAM



    Contact Person : BAMBANG HENDRIYANTO
    Alamat :Jl. Ringroad Barat no 72, desa salakan trihanggo gamping  Sleman       Jogjakarta 
    HP ;087839383561 dan 081326912561 
    (SMS/Telp)Email : bambanghendriyanto1@gmail.com
    Facebook : bambang alfath

    Cara pemesanan :

    1. Jika menjadi konsumen, maka akan digunakan harga sesuai dengan Price List untuk konsumen.

    2. Untuk pemesanan dibawah 2 juta free ongkir wilayah jawa, untuk wilayah luar jawa akan dikenakan biaya pengiriman barang yang akan diperhitungkan sesuai dengan pemesanan.


    3. Untuk pemesanan diatas 3 juta untuk wilayah luar jawa free ongkir, akan diberikan GRATIS biaya pengiriman sampai tujuan

    Back To Top