Penyakit Tanaman Pertanian

Peranan Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan dan RSPO Dalam Menyelamatkan Bumi Indonesia

Indonesia merupakan salah satu penghasil minyak sawit terbesar di dunia, sebagai salah satu negara yang subur dan kaya akan sumber daya alam maka saat ini begitu banyak hutan-hutan di Indonesia yang beralih fungsi menjadi lahan perkebunan kelapa sawit, mulai dari perkebunan sawit tingkat masyarakat maupun perusahaan saat ini sedang gencar dalam melakukan usaha budidaya tanaman kelapa wait.

Pada dasarnya, jika suatu areal sudah memenuhi syarat tumbuh untuk tanaman kelapa wait maka tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dan subur di areal tersebut, namun jauh dari itu masih banyak hal lainya yang harus diperhatian untuk melakukan usaha tersebut, karena banyak nya faktor yang harus diperhitungkan untuk menyelamatkan lingkungan dari dampak yang ditimbulkan dalam berbagai aspek.

Luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia saat ini sudah mencapai 10,9 juta hektar (2009-1015) yang tersebar di beberapa tempat di Indonesia seperti di Riau, Sumatera Utara dan kalimantan, 51,6 % dari 10,9 juta hektar tersebut adalah perkebunan besar milik perusahaan swasta dan 41,5 % lainya adalah perkebunan rakyat, dan saat ini masih terus berkembang dalam perluasan lahan dari perkebunan kelapa sawit diberbagai daerah tersebut.

Kehadiran perkebunan kelapa sawit di Indonesia memang membuka peluang yang besar dalam mengatasi pengangguran, karena faktanya jutaan orang menggantungkan hidup mereka dalam sektor perkebunan ini, namun banyaknya perkebunan sawit yang tumbuh dan berkembang tanpa dilakukan pengawasan yang jelas membuat lingkungan semakin rusak dan tercemar, mulai dari pembudidayaan, perawatan dan pengolahan hasil yang menimbulkan dampak negatif di berbagai sektor kehidupan. Namun demikian, perkebunan sawit tidak bisa dihentikan begitu saja karena akan menimbulkan dampak yang lebih serius lagi.

Maka dari itu diperlukan suatu penanganan yang serius dalam berbagai sektor perkebunan kelapa sawit agar tidak menimbulkan permasalahan dimasa mendatang nantinya, dalam hal ini diperlukan suatu pengawasan agar semua perkebunan dapat menerapkan sistem perkebunan kelapa sawit berkelanjutan untuk meminimalis dari dampak negatif yang ditimbulkan dari adanya aktifitas perkebunan tersebut.

Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan.

Luas perkebunan kelapa sawit yang semakin lama semakin meluas di berbagai daerah di Indonesia, baik itu dalam skala besar maupun skala perkebunan rakyat, hal ini tentunya harus mendapatkan perhatian lebih karena banyak dari beberapa perkebunan kelapa sawit yang mulai berkembang tanpa melakukan konsultasi terlebih dahulu dalam memperluas areal perkebunan yang tentunya sangat beresiko dalam perusakan lingkungan yang semakin rusak.

Perkebunan kelapa sawit yang menerapkan sistem berkelanjutan tidak hanya berpatokan kepada keuntungan yang besar namun juga selalu memperhatikan lingkungan agar tidak rusak dan tidak membuka hutan sembarangan dalam perluasan areal perkebunan, karena hutan merupakan tempat dari berbagai satwa yang harus sama-sama kita lindungi.

Prisnsip dari perkebunan kelapa sawit berkelanjutan adalah melakukan budidaya sawit yang selalu memperhatikan lingkungan agar dapat meminimalis dari dampak kerusakan yang ditimbulkan dari aktifitas perkebunan tersebut, maka dari itu perkebunan kelapa sawit berkelanjutan harus diterapkan dalam menyelamatkan satwa di Indonesia yang saat ini sudah mengalami penurunan dari aktifitas pembukaan lahan yang tidak terkendali dan tentunya suatu ancaman yang serius untuk lingkungan Indonesia baik itu lautan, daratan maupun pemanasan global yang semakin mengkhawatirkan.

Bergabung Dengan RSPO (Rountable on Sustainable  Palm Oil).

Luas perkebunan kelapa sawitt di Indonesia saat ini terus bertambah, namun pertambahan luas perkebunan tersebut tidak sebanding dengan pelestarianya, saat milyaran kubik kayu dari hutan di ambil dan diperdagangkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, baik untuk produk kertas dan sisanya untuk produk kayu yang diperjual belikan secara ilegal, Sementara untuk perkebunan kelapa sawit sendiri dikembangkan dari areal hutan yang seharusnya tidak dijadikan areal perkebunan.

Saat ini RSPO (Rountabel on Sustainable Palm Oil) hadir untuk menangani hal ini, dengan menerapkan perkebunan sawit berkelanjutan yang lestari akan meminimalis dampak kerusakan yang ditimbulkan dari pengelolaan perkebunan, Karena dalam sertifikasi RESPO perkebunan harus memperhatiakn pelestarian lingkungan, sehingga berbagai faktor kerusakan dapat ditangani sebaik mungkin.

RSPO selalu melakukan audit secara berkala dalam memperhatikan perkembangan dari perkebunan yang memiliki sertifikasi RSPO agar tidak merusak lingkungan yang lebih bururk lagi, perkebunan yang sudah memiliki sertifikasi akan menangani perkebunan dengan bijak, dan jika ada suatu permasalahan tentang lingkungan, satwa dan hal lainya maka perusahaan tersebut sudah tahu langkah apa yang di ambil, sehingga kerusakan yang ditimbulkan dapat diminimalis untuk menyelamatkan lingkungan, satwa dan bumi Indonesia.


Gunakan Selalu Produk Yang Berlabel/Logo RSPO.

Saat ini begitu banyak produk yang menggunakan bahan minyak sawit, mulai dari kosmetik, makanan, margarin, deterjen, minyak goreng dan masih banyak yang lainya lagi,  namun apakah minyak sawit yang mereka gunakan adalah miyak sawit dari perkebunan yang lestari, karena jika mereka tidak menggunakan minyak sawit yang berlabel RSPO maka bisa dikatakan mereka adalah minyak sawit dari perkebunan sawit yang tidak berkelanjutan.

Di Eropa sendiri wajib memiliki logo RSPO, karena memang produk yang memiliki logo ini sudah memiliki jaminan sertifikasi terhadap barang yang dipasarkan untuk konsumen, sehingga produk yang berlogi RSPO menjadi pilihan utama untuk di beli dan di konsumsi sehari-hari.

Produk yang memiliki label/logo RSPO merupakan keluaran dari prosusen yang telah melewati sertifikasi terlebih dahulu, sehingga jika produk memiliki logo ini maka menjadi pilihan beli yang baik dari pada produk yang tidak tersertifikasi RSPO karena kita juga ikut dalam menyelamatkan bumi Indonesia dari kerusakan lingkungan Indonesia.

Beli Yang Baik Untuk Menyelamatkan Bumi Indonesia.

Dari berbagai uraian dan penjelasan di atas maka sangatlah penting untuk produsen maupun konsumen untuk menghadirkan dan membeli produk yang bersertifikasi RSPO, karena terkadang tanpa sadar kita juga ikut andil dalam melakukan perusakan lingkungan kita.

Dengan beli yang baik dan bersertifikat jaminan yang jelas maka kita juga ikut dalam menyelamatkan lingkungan dari kerusakan alam yang semakin terancam, berbagai produk yang kita beli dan pergunakan dalam kebutuhan sehari-hari harus kita perhatikan agar kita selalu prosusen maupun konsumen menjadi pelopor dalam menyelamatkan bumi Indonesia.

Menggunakan produk yang berlabel RSPO maka secara tidak langsung kita telah mendukung pelestarian hutan, pelestarian satwa, menyelamatkan lingkungan dan mencegah pemanasan global, maka dari itu untuk para produsen silahkan bergabung dengan RSPO untuk mengeluarkan produk yang bersertifikasi dan terjamin asal usul minyak sawitnya dan untuk konsumen juga harus jeli dalam membeli produk, perhatikan selalu logo RSPO karena lebih terjamin dari mutu dan kualitasnya.

Demikianlah penjelasan tentang pernanan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan dan RSPO dalam menyelamatkan bumi Indonesia, jika anda ingin turut menyelamatkan Indonesia dari kerusakan lingkungan maka bergabunglah dengan RSPO dan gunakan selalu produk yang berlabel RSPO.

Sekian dan terimakasih.

Cara Ampuh Meningkatkan Produktivitas Kelapa Sawit

Semua tanaman, termasuk kelapa sawit, memerlukan unsur hara, baik makro maupun mikro, yang bisa didapatkan dari dalam tanah. Seperti halnya manusia yang membutuhkan nutrisi seimbang, maka kandungan nutrisi dalam tanaman pun harus memenuhi unsur empat sehat lima sempurna. Tujuannya agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik serta tetap produktif.

Beberapa unsur hara mikro yang berperan penting dalam mengendalikan pertumbuhan tanaman, di antaranya ialah, seng, besi, tembaga, mangan, magnesium, molybdenum, dan boron. Khusus boron, unsur itu benar-benar diperlukan oleh kelapa sawit. Pasalnya, kelapa sawit merupakan salah satu tanaman yang rentan apabila kekurangan boron yang bisa berdampak pada rendahnya produktivitas tanaman.


Setidaknya, setiap pohon kelapa sawit memerlukan 100 sampai 200 gram boron per tahun. Sayangnya, meski Indonesia termasuk salah satu eksportir kelapa sawit terbesar di dunia, negeri ini tidak memiliki boron secara alami. Padahal, untuk memenuhi kebutuhan perkebunan kelapa sawit seluas 7,8 hektare saja, diperlukan suplai boron sekitar 100 ribu ton per tahun.

Mau tidak mau kebutuhan tersebut harus dipenuhi, pasalnya boron memiliki dua fungsi fisiologis utama yang bermanfaat bagi tanaman. Fungsi pertama, boron bisa membentuk ester dengan sukrosa sehingga sukrosa yang merupakan bentuk gula terlarut dalam tubuh tanaman lebih mudah diangkut dari tempat fotosintesis ke tempat pengisian buah. Proses tersebut menyebabkan buah akan terasa lebih manis dengan aroma yang khas.

Fungsi fisiologis kedua, yakni boron memudahkan pengikatan molekul glukosa dan fruktosa menjadi selulosa untuk mempertebal dinding sel. Alhasil, tanaman pun menjadi lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Sebaliknya, apabila tanaman kekurangan unsur boron maka dinding sel yang terbentuk menjadi sangat tipis. Selain itu, sel menjadi besar yang diikuti dengan penebalan suberin atau terbentuk ruang-ruang reksigen karena sel menjadi retak dan pecah akibat tidak terbentuk selulosa untuk mempertebal dinding sel.

Kekurangan boron juga bisa menyebabkan pertumbuhan vegetatif terhambat karena unsur itu berfungsi sebagai aktifator maupun inaktifator hormon auxsin dalam pembelahan dan pembesaran sel.

Dampak lainnya, laju proses fotosintesis tanaman akan menurun. Hal itu disebabkan gula yang terbentuk dari karbohidrat hasil fotosintesis akan tertumpuk di daun. Umumnya tanaman yang kekurangan boron bisa diamati dari bentuk daunnya yang tidak sempurna atau sering disebut hook leaf.

Daun muda warnanya menjadi kecokelatan dan membengkok. Selain itu, daun tumbuh pendek sehingga ujung pelepah melingkar (rounded front tip), anak daun pada ujung pelepah berubah bentuk menjadi kecil seperti rumput atau bristle tip, atau tumbuh rapat pendek seolah-olah bersatu dan padat (little leaf). Ketidaksempurnaan (malformation) bentuk daun itu berakibat pada terganggunya proses fotosintesis sehingga buah yang terbentuk sedikit, kecil, dan berkualitas rendah.

Boron yang telah dimurnikan biasanya berbentuk padatan hitam dengan kilap logam dan bersifat keras serta semikonduktor itu sangat memengaruhi metabolisme asam nukleat, karbohidrat, protein, fenol, dan auksin tanaman. Lebih dari itu, unsur tersebut juga berperan dalam pembelahan, pemanjangan dan diferensiasi sel, permeabilitas membran, sertaperkecambahan serbuk sari.

Tanaman yang mengalami defisiensi unsur hara mikro itu akan menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan jaringan meristematik (pucuk akar) terhambat, pucuk mati, mobilitas rendah, serta buahyang sedang berkembang rentan terserang penyakit.

Dimulai Saat Pembibitan

Lantas, dapatkah boron diaplikasikan pada tanaman kelapa sawit untuk mencegah penurunan kualitas tanaman? Pada dasarnya ketika kelapa sawit kekurangan boron tanda-tandanya akan cepat terlihat. Sayangnya, dalam kondisi itu sudah terlambat untuk melakukan aplikasi sehingga harus menunggu waktu pembualan selanjutnya.

Mekanisme penambahan boron dapat dimulai pada saat pembibitan dengan cara penyemprotan pada bagian daun. Selanjutnya, dilakukan proses pemupukan dengan campuran NPK (nitrogen, fosfor, dan kalium) pada bulan ke-8 dan ke-16 dengan dosis 0,02 gram per pohon. Pada bulan ke-24 dosis pemberian boron meningkat, menjadi 0,05 gram per pohon.

Pemberian dosis itu tidak bisa disamakan pada semua area perkebunan kelapa sawit. Aplikasi boron harus memperhatikan tingginya curah hujan, derajat keasaman tanah (pH), dan kandungan material organik tanah. Baru-baru ini, beberapa negara telah berhasil melakukan aplikasi boron pada tanaman-tanaman pertanian atau perkebunan.

Boron yang ditambahkan ke dalam tanaman itu di antaranya berupa sodium tetraborate pentahydrate yang bisa langsung dimasukkan ke dalam tanah dan disodium tetraborate pentahydrate, boron berbentuk granular yang dicampur dengan NPK. Ada pula disodium octaborate, pupuk boron yang larut dalam air yang diaplikasikan pada saat pembibitan tanaman.

Mengingat boron tergolong ke dalam bahan kimia beracun dan sangat berbahaya bagi kesehatan maupun lingkungan, maka pemerintah pun mengawasi penggunaannya dengan ketat. Aktivitas perngadaan, distribusi, serta pengawasan penggunaan unsur itu ha-rus sesuai dengan Keputusan Menteri Perdagangan No 44/M-DAG/ Per/9/2009. Adanya pengawasan tersebut diharapkan bisa menjadikan penggunaan boron benar-benar bermanfaat, yakni meningkatkan produktivitas kelapa sawit Indonesia dan tidak menimbulkan dampak negatif.

Dengan demikian, bukan tidak mungkin produksi crude palm oil (CPO) Indonesia yang selama ini baru mencapai 2,5 juta ton per hektare per tahun bisa menyamai, bahkan melampaui Malaysia yang mampu memproduksi CPO sebanyak 4 juta ton per hektare per tahun.
Back To Top