Penyakit Bulai Dan Infeksi Aflatoksin Pada Tanaman Jagung
Penyakit bulai merupakan penyakit jagung yang paling berbahaya. Penyebarannya sangat luas, meliputi semua daerah penghasil jagung dengan kehilangan hasil dapat mencapai 90%. Akhir-akhir ini banyak dilaporkan terjadinya ledakan penyakit bulai pada tanaman jagung seperti yang terjadi di Bengkayang (Kalimantan Barat), Simalungun (Sumatera Utara), dan di Kediri (Jawa Timur).
Penyakit bulai yang sudah mewabah akan menyebabkan kehilangan hasil minimal 30% bahkan tanaman tidak
akan menghasilkan sama sekali. Pada daerah ini tampaknya penggunaan fungisida metalaksis (Saromil dan Redomil) sudah tidak mempan lagi, karena semua varietas hibrida yang oleh produsen benih telah memberi saromil ternyata juga terserang berat.
Upaya untuk menanggulangi serangan penyakit bulai harus dilakukan secara terpadu, di antaranya:
a. Menekan sumber inokulum dengan periode bebas tanaman jagung;
b. Penanaman serempak pada areal luas;
c. Menanam varietas jagung tahan bulai dan d. Eradikasi tanaman jagung terkena bulai.
Menghilangkan sumber inokulum dapat dilakukandengan mengatur waktu tanam sehingga terdapat periode bebas tanaman jagung antara musim tanam (MT) I dan MT II minimal 2 minggu dan penanaman jagung secara serempak (1-2 minggu) dalam satu hamparan.
Eradikasi (pencabutan) tanaman jagung terserang bulai dapat dilakukan sedini mungkin (diperlukan monitoring
pertanaman sebelum berbunga) nanam varietas jagung yang tahan bulai antara lain varietas bersari bebas Sukmaraga dan Lagaligo, varietas hibrida Bima-3, P12, P10, P9, dan P5 atau clan pemberian fungisida metalaksildengan meningkat dosis yang digunakan saat ini melalui perlakuan benih.
Komponen pengendalian bulai yang menentukan namun sulit dilakukan yaitu periode bebas tanam jagung.Penentuan periode bebas tanam jagung perlu dimusyawarahkan dengan petani jagung agar terjadi kesepakatan bersama kemudian monitoring perlu dilakukan sebelum penanaman serempak untuk klarifikasi, penanaman serempak dalam periode 2-4 minggu pada areal luas juga perlu kesepakatan ada beberapa manfaat periode bebas tanaman jagung dan penanaman serempak.
Kontaminasi Aflatoksin
Aflatoksin adalah kumpulan senyawa beracun yang dihasilkan oleh strain tertentu dari cendawan Aspergillus
flavus dan Aspergillus parasiticus. Komoditas yang sering diinfeksi oleh cendawan ini adalah biji kacang tanah,
biji kapas, dan biji kacang lain. Kandungan aflatoksin merupakan salah satu kriteria penting dalam menentukan
kelayakan jagung untuk dikonsumsi manusia dan ternak.
Badan Pangan Dunia menentukan batas aflatoksin pada biji jagung untuk pakan ternak 30 ppb suatu ukuran yang
rendah. Pabrik pakan ternak menetapkan batas maksimum kandungan aflatoksin jagung yang mereka dapat terima 200 ppb untuk diolah dengan bahan lain menjadi pakan ternak. Jagung dengan kandungan aflatoksin yang lebih tinggi akan ditolak.
Perlu diketahui bahwa jika biji jagung telah terinfeksi aflatoksin hingga saat ini belum ada cara menetralisir
aflatoksintersebut, sehingga jagung tersebut tidak dapat dimanfaatkan.
Kurangi Cemaran
Cemaran Aspergillus spp., pada bahan pakan dapat dikurangi dengan melakukan penyortiran antara biji jagung
yangterkontaminasi dengan biji yang sehat. Jagung yang ditumbuhi jamur berwarna hijau kekuningan mempunyai kadar aflatoksin yang tinggi dibanding biji yang tidak terkontaminasi A. flavus.
Penjemuran biji jagung pada kadar air 13% dan penyimpanan pada suhu 15o C dan kelembaban

Sanitasi dengan asam propianik secara reguler
pada fasilitas tempat penyimpanan dengan tujuan membersihkan sisa-sisa cendawan sebagai sumber infeksi awal dapat menghindari terinfeksinya biji sehat.
iklan 3
0 Comment for "Penyakit Tanaman Jagung"